Rabu, 15 Agustus 2012

HAKEKAT MAKNA IDUL FITRI


 FITRI 1433 H. by ->>>>>>>>>>>haris123 @gmail.com   ->>>>>>www.haris-yes.blogspot.com

HAKEKAT MAKNA IDUL FITRI

A.      Pengertian Idul Fitri

Istilah Idul Fitri dapat diterjemahkan  dengan  istilah :”kembali ke fitrah. 
Sedangkan secara etimologi “Idul Fitri” merupakan gabungan dari dua suku kata “Id” dan” Fitrah”.
 Kata : ”Id”berakar pada suku kata bahasa arab “aada – yauudu” yang arti nya : “kembali” dan kata fitri berakar dari kata : “Fathoro-yafthiru”  yang artinya : suci”/bersih dari segala kesalahan, kejelekan, keburukan
                Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri berarti : kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan penuh akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kangkangan Ibunya. Seperti pada hadits nabi yang berbunyi : “kullu mauludin yuwladu alal fitroh”.Yang artinya : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci”.
                Menurut Ibnu Katsir, arti “fitrah”disini adalah “kemurnian tauhid”, persaksian kita trhadap keTuhanan dan keEsaan Allah sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an yang artinya :”Perhatikan ketika Tuhanmu mengeluarkan semua keturunan Adam dan mempersikan atas diri mereka”Bukankah aku Tuhanmu?”Jawab mereka :”Benar Engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi”(QS.Al-A’raf: 172).
                Persaksian kita terhadap keTuhanan Allah itulah yang disebut “Fitrah”, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi SAW. Ketika ada shabat akan membunuh anak-anak kaum musyrikin, maka Rasulullah melarangnya, karena mereka masih dalam keadaan “fitrah”, bertauhid kepada Allah.dan adapun mereka menjadi yahudi, nasrani, majusi atau musyrik, itu tergantung pengarahan orangtuanya nanti.silakan dilihat tafsir QS.Al-A’raf: 172 oleh Ibnu Katsir..
                Jadi kalau kita katakan “Kita kembali ke fitrah”, maka artinya adalah kembali pada kemurnian tauhid. Dan barang siapa yang tetap atas fitrahnya-bertauhid kepada Allah-maka ia tetap beradapada ajaran agama yang lurus sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya :”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah) atas “fitrah” Allah yang telah menciptakan manusia menurut“fitrah”itu, tidak ada perubahan atas fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30.
                Dan jika kita memberikan pengertian tentang “fitrah” itu sebagai bayi yang baru lahir, maka yang dimaksud suci itu adalah “tauhidnya”, suci dari kesyirikan, kekufuran, kemunafikan, dan kotoran-kotoran hati yang lain. Bukan suci dalam artian bersih tanpa dosa. Dan meskipun, esensi yang demikian ini ada disana, akan tetapi demikianlah penafsiran ahli tafsir (Ibnu Katsir) mengenai makna“fitrah”dalam ayat Al-Qur’an tadi dan akan menjadi berbagai macam makna, jika kemudian kita memahami tentang “kembalinya ke fitrah”diartikan kepada kembali seperti bayi yang baru dilahirkan bersih tanpa dosa, dan pandangan yang seperti ini akan mendorong seseorang mudah untuk melakukan perbuatan dosa, karena sekecil apapun pandangan tersebut akan menimbulkan asumsi bahwa proses pengampunan dosa kita relative mudah dan gampang dibuat sehingga dengan mudah seseorang akan melakukan maksiat kepada Allah. Dan mungkin pula kita dapat mengangkat hadits Rasulullah SAW. Yang artinya :”Barang siapa yang berdiri(menghidupkan malam) lailatul qadar karena iman dan niat yang ikhlas, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang berpuasa di Bulan  Ramadhan karena iman dan (niatan yang ikhlas) mengharap ridlo Allah, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.   (HR. Bukhori/Shoheh Bukhori terjemah jilid III hal.94)
                Hadits tersebut harus kita yakini dan percaya atas kebenarannya, akan tetapi jika kita salah memahaminya, maka kitapun akan dan mungkin sesekali akan salah dalam memahami arti dan maknaIdul Fitri”. Dan jika kita lihat dari isi hadits tersebut diatas ada 2 syarat yang harus ditempuh untuk memenuhi ampunan terhadap dosa-dosa yang telah lalu. Yang pertama yaitu :Qiyamullail(melakukan sholat malam tepat pada malam lailatul qadr) karena iman dan ikhlas mengharap ampunan dan ridlo Allah.yang kedua yaitu : niat puasa harus benar-benar murni atas dasar iman dan keikhlasan, nah… syarat yang kedua inilah relative mudah tuk dipenuhi namun kita harus mawas diri jangan sampai dosa yang telah lalu belum diampuni sudah terjebak kelobang dosa yang sama di tahun berikutnya.
                Agar kita tidak terjebak dan terjebak lagi, maka sangatlah perlu kita melakukan pembenahan terhadap pemahaman kita mengenai “kembali ke Fitrah” yakni bukan kembali bersih tanpa dosa melainkan kembali kepada tauhid yang murni, kemudian dengan tauhid yang murni itu kita bertekad untuk bisa lebih mentaati Allah dan Rasulnya semata-mata melaksanakan ibadah yang penuh ikhlas dan hanya megharap ridlo-Nya.
                Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas  dan khusyu’ akan memberikan bekas berupa ketenangan dan ketentraman jiwa dan merasa dekat dan akrab dengan Allah Sang Maha Pencipta.














































Tidak ada komentar: