FITRI 1433 H. by ->>>>>>>>>>>haris123
@gmail.com ->>>>>>www.haris-yes.blogspot.com
HAKEKAT MAKNA IDUL FITRI
A.
Pengertian
Idul Fitri
Istilah Idul Fitri dapat
diterjemahkan dengan istilah :”kembali ke fitrah.
Sedangkan secara etimologi “Idul Fitri” merupakan gabungan dari dua
suku kata “Id” dan” Fitrah”.
Kata : ”Id”berakar
pada suku kata bahasa arab “aada – yauudu” yang arti nya : “kembali” dan kata fitri berakar dari kata : “Fathoro-yafthiru” yang artinya : “suci”/bersih
dari segala kesalahan, kejelekan, keburukan
Jadi
yang dimaksud dengan Idul Fitri berarti : kembali kepada asal kejadiannya yang
suci dan dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah
lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan penuh akan diampuni dosanya
sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kangkangan
Ibunya. Seperti pada hadits nabi yang berbunyi : “kullu mauludin yuwladu alal
fitroh”.Yang artinya : “Setiap
bayi dilahirkan dalam keadaan suci”.
Menurut
Ibnu Katsir, arti “fitrah”disini adalah “kemurnian tauhid”, persaksian kita
trhadap keTuhanan dan keEsaan Allah sebagaimana yang telah difirmankan Allah
SWT. Dalam Al-Qur’an yang artinya :”Perhatikan ketika Tuhanmu mengeluarkan
semua keturunan Adam dan mempersikan atas diri mereka”Bukankah aku
Tuhanmu?”Jawab mereka :”Benar Engkau Tuhan kami,kami menjadi
saksi”(QS.Al-A’raf: 172).
Persaksian
kita terhadap keTuhanan Allah itulah yang disebut “Fitrah”, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits Nabi SAW. Ketika ada shabat akan membunuh anak-anak
kaum musyrikin, maka Rasulullah melarangnya, karena mereka masih dalam keadaan
“fitrah”, bertauhid kepada Allah.dan adapun mereka menjadi yahudi, nasrani,
majusi atau musyrik, itu tergantung pengarahan orangtuanya nanti.silakan
dilihat tafsir QS.Al-A’raf: 172 oleh Ibnu Katsir..
Jadi
kalau kita katakan “Kita kembali ke fitrah”, maka artinya adalah kembali pada
kemurnian tauhid. Dan barang siapa yang tetap atas fitrahnya-bertauhid kepada
Allah-maka ia tetap beradapada ajaran agama yang lurus sebagaimana dalam firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya :”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah, (tetaplah) atas “fitrah”
Allah yang telah menciptakan manusia menurut“fitrah”itu, tidak ada perubahan atas fitrah Allah, itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qur’an Surat
Ar-Rum ayat 30.
Dan
jika kita memberikan pengertian tentang “fitrah” itu sebagai bayi yang baru
lahir, maka yang dimaksud suci itu adalah “tauhidnya”, suci dari kesyirikan,
kekufuran, kemunafikan, dan kotoran-kotoran hati yang lain. Bukan suci dalam
artian bersih tanpa dosa. Dan meskipun, esensi yang demikian ini ada disana,
akan tetapi demikianlah penafsiran ahli tafsir (Ibnu Katsir) mengenai makna“fitrah”dalam
ayat Al-Qur’an tadi dan akan menjadi berbagai macam makna, jika kemudian kita
memahami tentang “kembalinya ke fitrah”diartikan kepada kembali seperti bayi yang baru dilahirkan bersih tanpa dosa, dan
pandangan yang seperti ini akan mendorong seseorang mudah untuk melakukan
perbuatan dosa, karena sekecil apapun pandangan tersebut akan menimbulkan
asumsi bahwa proses pengampunan dosa kita relative mudah dan gampang dibuat
sehingga dengan mudah seseorang akan melakukan maksiat kepada Allah. Dan
mungkin pula kita dapat mengangkat hadits Rasulullah SAW. Yang artinya :”Barang siapa yang berdiri(menghidupkan
malam) lailatul qadar karena iman dan niat yang ikhlas, niscaya Allah mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan karena iman dan (niatan yang ikhlas)
mengharap ridlo Allah, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. (HR. Bukhori/Shoheh Bukhori
terjemah jilid III hal.94)
Hadits tersebut harus kita
yakini dan percaya atas kebenarannya, akan tetapi jika kita salah memahaminya,
maka kitapun akan dan mungkin sesekali akan salah dalam memahami arti dan makna “Idul
Fitri”. Dan jika kita lihat dari isi hadits tersebut diatas ada 2
syarat yang harus ditempuh untuk memenuhi ampunan terhadap dosa-dosa yang telah
lalu. Yang pertama yaitu :Qiyamullail(melakukan sholat malam tepat pada malam
lailatul qadr) karena iman dan ikhlas mengharap ampunan dan ridlo Allah.yang
kedua yaitu : niat puasa harus benar-benar murni atas dasar iman dan
keikhlasan, nah… syarat yang kedua inilah relative mudah tuk dipenuhi namun
kita harus mawas diri jangan sampai dosa yang telah lalu belum diampuni sudah
terjebak kelobang dosa yang sama di tahun berikutnya.
Agar
kita tidak terjebak dan terjebak lagi, maka sangatlah perlu kita melakukan pembenahan
terhadap pemahaman kita mengenai “kembali ke Fitrah” yakni bukan kembali bersih
tanpa dosa melainkan kembali kepada tauhid yang murni, kemudian dengan tauhid
yang murni itu kita bertekad untuk bisa lebih mentaati Allah dan Rasulnya
semata-mata melaksanakan ibadah yang penuh ikhlas dan hanya megharap ridlo-Nya.
Ibadah
yang dilakukan dengan ikhlas dan
khusyu’ akan memberikan bekas berupa ketenangan dan ketentraman jiwa dan merasa
dekat dan akrab dengan Allah Sang Maha Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar